Langsung ke konten utama

Banoah Chapter 7

Sumber : twitter.com

April,  2021

"APA? MENIKAH? GAK LUCU!" teriak Panda di seberang sana. Aku berjalan keluar sambil menjelaskan secara singkat apa yang terjadi.

"Serius? Jadi, teman-temanmu yang di sini cuma aku yang baru tau? Yang lain gimana?" tanya Panda tak percaya dengan apa yang kualami lima bulan terakhir ini.

"Nanti dikabari kalau undangan pernikahannya sudah selesai. Mereka pasti marah, tapi mau bagaimana lagi," jawabku seadanya. "Terus webtoon kita gimana, nih? Kamu masih sanggup kan bikin storynya? Masalah gambar dan pewarnaan aku yang tanggung jawab. Sketsa awal sama bubble text aja, deh, ya?" kata Panda.

"Tenang aja, pembagian tugas kan masih sama. Masa iya aku menghindar? Ini kan mimpi kita, Pan." Aku coba menenangkan. "Tapi kan biasanya kalau mau menikah itu harus dipingit dan segala macam?" tanya Panda lagi. "Ini aku, lho, Pan."

Kami mengakhiri percakapan sore itu dengan kesepakatan awal, webtoon tetap dijalankan. Aku meminta Panda untuk tidak memberi tahu teman-temanku yang lain, khusunya Wanda. Bisa mati aku kalau dia tahu bukan dari aku langsung.

Aku akan menjelaskan tentang salah satu cita-citaku. Featured dengan pihak official webtoon. Kenapa? Karena aku bisa bergabung di webtoon exhibition NY bersama author webtoon lainnya. Mimpi ini bahkan sudah tercatat sejak 2018, tahun pertama aku dan Panda memutuskan untuk terjun ke dunia webtoon.

Panda, gadis (aku yakin dia masih begitu) adalah partnerku dalam merintis webtoon ini. Kami menelurkan webtoon pertama di bulan Maret 2018, disambut cukup baik dari pembaca rubik webtoon discover.

Awalnya perjalanan karir webtoon kami tidak mulus, jatuh bangun, mencoba terus konsisten menggambar. Semua mulai terasa sulit ketika kami selesai kuliah dan hidup berbeda kota. Tapi, demi mewujudkan mimpi, akhirnya webtoon pertama berhasil rilis.

Kabar dari Panda tentu membuatku sangat bersemangat. Setelah pulang dari lab, setiap malam aku akan mengerjakan bagainku, story, sketsa, diskusi tanpa henti. Maklum, anak pertama. Aku juga masih menulis beberapa artikel sebagai seorang freelancer, masih harus update blog pribadi. Semua ku lakukan selama dua pekan tanpa memperhatikan bagaimana kondisi badanku. Bagiku, semakin cepat selesai maka aku akan cepat istirahat.

Pekan lalu aku sudah memberitahu Noah tentang rancangan pesta pernikahan kami. Mulai dari konsep, WO, biaya, dsb. Noah tak banyak menolak, aku yakin dia juga tak punya banyak waktu luang untuk mengoreksi. Ibu dan sepupuku di Dumai yang mengurus sisanya.

Kenyataan tak sejalan dengan keinginan, aku jatuh sakit juga. Kelelahan, kurang tidur, stress, seperti biasa. Jumat itu di minggu keempat April, aku memeriksakan diriku ke dr.Zhang.

"After all this time, Ms.Banafsaj?" tanya beliau sambil memegang kertas undangan pernikahanku. "Is it a farewell? Because of this man would be your personal health companion?" 

"C'mon dr.Zhang, I'm in hurry," aku menjawab dengan tawa kecil. "This is my last advice, miss. You should take care of your health. Dr.Centineo is quite busy and I don't want you to get sick again after you marry him." 

Aku mengambil kertas resep dari tangannya. "Please don't tell him, dr.Zhang." Aku tidak ingin Noah tau jika kondisiku memburuk menjelang pernikahan kami. Dr.Zhang tersenyum kecil dan mengangguk. "Don't worry."

"Banafsaj!" panggil dr.Zhang saat aku meraih gagang pintu. "Congratulation for your wedding!" Aku tersenyum lebar menanggapinya. Entah kenapa bicara dengan dr.Zhang selalu membuatku merasa lebih baik.

Aku kembali ke lab, mengerjakan beberapa sampel. Semenjak undangan pernikahan kami mulai tersebar, orang-orang mulai menyelamati dan meminta maaf karena tidak bisa hadir sebab kami akan melaksanakannya di Dumai. 

04.00 PM

Aku dan Nancy berada di lobby, tentu saja sudah waktunya pulang. Kami bercanda dengan beberapa karyawan lain sampai Nancy tiba-tiba menghentikan langkahku. "Tunggu, bukannya itu Noah, ya? Yang duduk di lounge?" tanya Nancy. Aku melihat ke arah yang ia maksud. Benar, Noah duduk di sana, melihat ke arah kami dan tersenyum.

"Belum boleh barengan, kan?" tanya Nancy. "Ya, belumlah." Noah berdiri saat kami menghampirinya.

"Hai!" sapa Noah terasa kaku. "Aku baru pulang dan mampir ke sini."

Aku dan Nancy saling bertukar pandang, menunggu kelanjutannya. Noah masih terlihat kaku, "Hmm kau baik-baik saja, kan?" tanya Noah kepadaku. "Ya, tentu. Ada apa?" 

"Aku hanya memastikan. Hari Minggu nanti jadi pulang ke Dumai? Aku dan yang lain akan menyusul secepatnya. Kau sudah mengambil cuti?" tanya Noah lebih seperti tidak yakin pada dirinya sendiri. "Ya, semua sudah beres." Aku mengangguk mantap.

"Baiklah, aku pamit," Noah mengangguk cepat dan berjalan beberapa langkah meninggalkan kami. "Kau benar baik-baik saja, kan?" tanya Noah tiba-tiba menghentikan langkahnya. Aku mengangguk lagi, "Pulanglah, kami harus segera ke stasiun."

Baru saja Noah memunggungi kami, aku terbatuk. "Uhuk uhuk," tak bisa ku tahan lagi. Noah langsung membalikkan badannya dan menatapku khawatir, ku rasa. "Dia sakit," kata Nancy tiba-tiba. Jari telunjukknya sudah mengarah padaku. "Lihat mata pandanya! Dia kurang tidur."

Noah membuang nafas panjang, sedikit terlihat kesal, "Benar kata dr.Zhang."

Ah, dr.Zhang, kau menyulitkanku.  
"Dia bilang apa padamu?" 

"Aku harus menemuimu sekarang sebelum kondisimu memburuk. Kita harus bicara, aku tidak bisa begini. Kalian berdua, mari ku antar pulang." Noah menuntun kami ke mobilnya. Nancy bersikeras meyakinkanku untuk pulang bersama Noah.

Aku dan Nancy duduk di kursi penumpang. "Maaf Noah, aku belum bisa membiarkan Taj duduk di sampingmu karena masih belum saatnya. Tapi terima kasih, kau terlihat seperti seorang driver yang sangat tampan. Mari jalan," Nancy mencoba mencairkan suasana. Noah tertawa kecil.

"Keberatan untuk menjelaskan apa yang terjadi?" tanya Noah sambil menyetir. Aku diam saja, tak tertarik menjawab. Bukan hakmu untuk tau.

Melihat aku yang diam saja, Nancy tanpa persetujuaku menjelaskan kegiatanku selama dua minggu terakhir secara lengkap kepada Noah. Sesekali Noah memantau kami dari kaca. "Dia terlalu bersemangat. Jangan marah padanya, Ok?" Nancy selesai menjelaskan.
Pandangan Noah lurus ke arah jalan. "Kau sudah mendapatkan obat dari dr.Zhang, kan?" 

"Sudah," jawabku singkat. Aku bisa melihat rahang Noah mengeras. "Aku minta maaf." Permintaan maaf Noah sangat tak berasalan menurutku. "Untuk?" tanyaku. "Semuanya. Seharusnya aku tidak menyerahkan semua persiapan ini kepadamu sehingga kau tidak perlu sampai larut malam mengerjakan webtoon. Aku menyeretmu terlalu jauh. Aku minta maaf. Aku mulai ragu apakah aku bisa menjadi suami yang baik, aku bahkan membuatmu merasakan banyak kesulitan sebelum pernikahan kita. Maafkan aku."

Aku bisa merasakan ketulusan dari perkatannya. Di saat yang sama, entah kenapa aku merasa sangat egois. Terakhir bertemu saat lamaran, aku bahkan fokus pada diriku sendiri dan semua kesibukan yang hanya untuk kepuasan diriku sendiri. Aku masih tidak menganggap serius pernikahan ini. Aku merasa bersalah pada Noah.

"Oh, tidak. Kau sudah banyak membantu. Aku hanya perlu istirahat yang cukup, itu saja. Tidak perlu minta maaf," aku menjawab dengan terbata-bata. 

"Aku harap kondisimu segera pulih setelah sampai di Dumai."

Noah menurunkan kami di depan flats. Aku dan Nancy segera turun dan berterima kasih. 

Sesampainya di depan pintu kamar masing-masing Nancy mulai mengejekku. "Pernikahan kita. Manis sekali," katanya.

Aku hanya meliriknya dari sudut mataku dan masuk ke dalam kamar. Entah kenapa kalimat itu terngiang-ngiang. Sudut bibirku terangkat, pipiku memanas. 

"Pernikahan kita" terdengar sangat indah.

- Taj -

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2018 My Trial Year

Hello! It has been  a month after I posted about Banoah. So here I am, welcoming my "come back" just to rewind my life in this whole year. I'm old enough to celebrate the new year eve. What about you? Any plan? Please write down in the comment box. Btw, I have many goals for next year because I'm going to be 22 and life seems getting hard day by day. So, I need to make super detail goals plans. Life hit me hard *sigh So, what I've been doing for this whole year?

Review: Pulau Cinta Kampar

Pulau Cinta Ada berapa banyak orang yang stress karena terlalu monoton dengen pekerjaannya? Ada berapa banyak orang yang diam-diam dalam hati pengen teriak sepuasnya? Berapa banyak juga yang pengen lari dari sekian banyak kegiatan?  Selamat datang di wisata kecil yang bisa jadi healer buat kamu..

another Happy New Year

Yo, wassup! It has been a long time my friends since I posted my previous entry. Anyone miss me? Sure NOT. Happy New Year for you guys. How did you spend your last day in 2017? Did you make a party for celebrating the new year?