![]() |
sumber : twitter.com |
Januari, 2021
Happy new year!
Minggu ketiga Januari aku harus meminta izin untuk pergi ke rumah sakit yang bekerja sama asuransi kesehatan dengan perusahaanku. "Yakin bisa pergi sendiri?" tanya Nancy, rekan kerjaku. Aku menggangguk cepat, saat itu rasanya badan dan pikiranku hancur lebur.
Oh ya, setelah aku menerima pesan masuk bulan lalu dari Segna aku langsung pulang. Seperti perjanjian yang aku dan Noah sepakati, tidak membahas apapun. Malam itu aku masuk seolah-olah tidak ada yang terjadi. Paman dan papa tidak mengatakan hal yang mencurigakan. Jadi aku pikir semua ini hanya kekhawatiran Noah.
Sampai disitu saja aku mulai merasa tenang. Setelah dua malam berturut-turut aku memangkas waktu tidur untuk menyelesaikan semua kerjaanku sebagai freelancer, ayolah kawan kita butuh uang, aku menelepon ibuku. Lebih kurang begini percakapannya...
"Halo, Ibu? Taj sudah mengirimkan contoh desain baru bersamaan dengan baju yang sudah jadi. Mungkin sekitar dua hari lagi akan sampai," aku memulai percakapan.
"Iya, nanti ibu kabari jika ibu setuju dengan desainnya. Begini, apa akhir-akhir ini kamu baik-baik saja?" tanya ibuku tidak seperti biasanya.
"Ya, tentu. Hanya sedikit kurang tidur karena ada banyak artikel dan gambar yang harus diselesaikan."
"Behentilah menjadi freelancer, gajimu sudah cukup menghidupimu dan masa depanmu. Begini, ada yang ingin papa bicarakan," dari situ aku tau ibu menyerahkan telepon ke papa.
"Halo, Taj? Setelah papa hitung tahun ini kamu berusia 24 tahun kan?" tanya papa, saat itu rasanya jantungku berdegup kencang entah kenapa. "Iya, kenapa pa? Mau beliin hadiah?"
"Oh ini bisa jadi hadiah luar biasa sepanjang hidupmu..." papa terdiam, begitupun aku, masih menunggu. "Ada pria yang berniat melamarmu."
Keluargaku tinggal di Dumai, salah satu kota industri tidak jauh dari Singapore. Jika doaku dikabulkan Tuhan, maka aku berharap jika yang melamarku adalah seniorku di SMA atau teman kuliahku atau salah satu dari sahabatku. Karena setidaknya jika itu salah satu dari mereka aku bisa berdiskusi untuk menundanya beberapa tahun ke depan.
"Siapa? Sugiono?" tanyaku sambil tertawa. Papa dan aku selalu bercanda tentang hal ini, Sugiono sendiri adalah nama favorit papa. Tidak tahu alasannya.
Di seberang sana papa masih terdiam, "Begini Taj, papa dan ibumu, kakak dan abangmu, kami menikah tanpa ada rasa cinta sebelumnya. Kami adalah korban patah hati yang mengobati hati dengan hati yang lain kemudian mengikatnya, sampai sini kau mengerti?"
"Iya, jadi siapa orangnya?" aku mendesak.
"Noah, anak itu menelepon meminta izin papa untuk melamarmu."
DOR! Apakah kalian bisa mengerti bagaimana perasaanku? Hanya sebulan yang lalu kami setuju untuk tidak saling terlibat dan dia berani menghubungi keluarga intiku? Apa ia kehilangan pikirannya?
"Tidak mau! Pa, jangan paksa Taj. Papa kan tau Taj mau fokus ke karir dulu. Pa, Taj masih punya mimpi yang sudah Taj susun. Taj tidak akan menikah sampai umur Taj 25 atau mungkin 30. Maaf, pa tapi Taj tidak bisa, Taj istirahat dulu."
Aku menutup telepon malam itu. 11.15PM. Sialan, kau Noah! Malam itu diantara kamarku yang berantakan, hati dan pikiranku terasa lebih berantakan. Aku tidak bisa berpikir jernih. Aku bisa merasakan air mata mengalir di pipiku, beberapa tertahan di bingkai kacamata.
Apa dia mempermainkan aku? Aku merasa terkhianati. Kenapa dia begitu egois? Kenapa dia tidak berdiskusi denganku? Kenapa paman tidak membicarakan ini denganku?
Ku genggam buku catatan bersampul coklat yang sudah kumiliki sejak SMP, berisi mimpi-mimpiku. Beberapa sudah ku ceklis, beberapa lagi masih coba ku raih. Perlahan anak tangga menuju mimpi itu terasa berjatuhan di kepalaku. Sakit. Apa aku kalah?
Setelah meminta izin dengan atasanku untuk berobat di RSX aku duduk terdiam di sebuah MRT yang membawaku ke RSX. Kabar tadi malam masih membuatku terguncang. Beberapa hari aku memaksakan diri bekerja keras demi tabungan, melupakan bagaimana menyenangkannya bermain di luar sana demi mimpi yang ku kejar, hanya dengan satu kabar aku jatuh tersungkur.
Aku berada di ruang tunggu, mengantri dengan beberapa pasien. "No 212, you may come in," kata petugas RS. Aku masuk ke ruang dokter Zhang Cua Pin. "You again, miss Taj Banafsaj! What brings you here?" tanya dokter Zhang yang sudah hapal dengan keluhanku. Hampir tiap bulan aku jatuh sakit, kelelahan, stress, pola hidup tidak sehat.
"Miss Banafsaj, these medicines would never work if you push your self too hard. Money can't buy your happiness lah, look, you even end up your self here almost every months. Stop being a freelancer lah, stop stealing someone's job! Enjoy your life lah, find a boy who can give you everything."
Dokter Zhang, selalu memberiku saran yang sama setiap waktu dengan Singlishnya yang lucu itu. "Xie xie, dr.Zhang," kataku kemudian berjalan keluar.
Aku duduk di salah satu kursi di ruang tunggu, menunggu resepsionis memanggil namaku dan memberiku obat untuk tiga hari. Sesekali aku melihat jam, aku harus kembali sebelum makan siang.
"Miss Banafsaj?" resepsionis memanggil namaku. Aku tak terlalu memperhatikannya menjelaskan obat apa saja dan kapan aku harus meminumnya. "You're familiar with this medicines, so please, take care your self miss," kata resepsionis itu kemudian tersenyum kepadaku. Aku mengangguk dan berjalan keluar.
Diantara ramainya warga Singapore yang berlalu lalang dengan penyakitnya di lantai dua RSX, seseorang memanggilku. "Hei!" Aku menoleh, sekali lagi teman-teman, Noah berdiri di sana. "I work here," katanya.
Aku melayangkan tatapan tajam ke arahnya kemudian berjalan mengabaikannya. "Are you ok?" tanyanya berjalan sedikit berjarak di belakangku. "Apa kau sudah diperiksa?" tanyanya lagi. Masih ku abaikan. "Can we talk?" Noah berjalan lebih cepat dan tegak di depanku.
"Stay away!" bentakku. Noah terdiam, aku bisa merasakan beberapa orang melihat ke arah kami. "Aku bisa jelaskan semua, jadi aku mohon..."
Aku terjongkok, kepalaku pusing, keringat dingin. "Hey, are you ok?" Noah mencoba membopongku, aku menolak, ku pegang ujung jas dokternya. Noah berjalan perlahan mencari tempat duduk, aku mengikuti di belakang.
Kami duduk di depan ruangannya, dia dengan sopan memberiku segelas air hangat dan tisu, kemudian seperti biasa duduk dua bangku berjarak dariku.
"Mengapa kau melakukannya?" tanyaku dengan tatapan kosong. Noah menoleh ke arahku. "Kau bahkan tidak ingin kita terlibat, kenapa kau berbohong? Kau menghancurkan hidupku."
Noah masih diam, memperhatikan aku yang terlihat berantakan. "Kau bahkan tidak satu kepercayaan denganku, bagaimana aku bisa menjadi makmum yang baik?" aku masih meracau.
"Aku muslim, kau bisa tanya kepada papamu." jawabnya singkat. "Kau bahkan tidak menghubungiku dan mendiskusikan ini," celaku.
"Aku tidak bisa, bukan hakku. Aku pikir ada baiknya jika keluargamu yang menyampaikannya. Aku belum menjadi mahrammu dan berat bagiku untuk meminta kontakmu. Fitnah bisa datang darimana saja, termasuk ruang pesan singkat." Dia ada benarnya.
"Kau tau, aku punya banyak mimpi sejak kecil. Aku diam-diam mewujudkan mereka satu persatu. Aku membuat anak tangga, setelah aku diberi kebebasan kau datang bagai angin. Malam tadi semua anak tanggaku hancur." Air mataku lagi-lagi terjun bebas. Aku mulai menangis tersedu.
"Taj," itu adalah kali pertama Noah memanggil namaku. "Share your dreams with me. Bring me in, bring me along. Together we'll make it come true." Noah terlihat serius. "Ada banyak hal yang belum saatnya untuk aku jelaskan, Taj. Aku minta maaf, sungguh."
Aku terlalu rapuh untuk menanggapinya. "Aku harus pulang," kataku kemudian berdiri. "Mau ku panggilkan taxi?" tawarnya. Aku mengangguk pasrah. Noah mengantarkanku bawah, membukakan pintu taxi dan mempersilakan aku masuk.
"Aku berharap bisa mengantarmu pulang," katanya padaku. "Tolong antar gadis ini ke perusahaan Z dengan selamat, ini kartu namaku, jika terjadi apa-apa dengannya, pingsan barangkali, tolong hubungi aku," Noah menyerahkan kartu namanya dan beberapa lembar uang untuk ongkos kepada si supir taxi.
Taxi mulai melaju di jalan bersih dan aku masih belum mengucapkan terima kasih.
- Taj -
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting my blog. Kindly leave your sign in comment box below. I will visit back.
-sisgiok-