Langsung ke konten utama

Banoah Chapter 5


Februari 2021

Setelah pulih dari sakit beberapa waktu lalu, aku mulai melonggarkan ikatan dan beraktivitas seperti biasa. Pikiranku mulai terbuka dengan kenyataan bahwa ada seorang pria yang ingin melamarku. Sebenarnya belum sejauh itu. Kabar terbaru yang ku dapat dari paman adalah tentang pihak keluarga Noah yang ingin mengenalku dan mencoba melakukan pendekatan.

Pernyataan itu membuatku sadar bahwa kemungkinan untuk tidak menikah juga masih ada, ya barangkali kami tidak cocok. Akhir-akhir ini aku sibuk membaca buku dan kitab berkenaan dengan pernikahan dan taaruf yang baik. Aku juga tidak lagi mengambil pekerjaan sebagai freelancer.

Tante memintaku mempersiapkan CV taaruf yang seterusnya akan diserahkan ke pihak keluarga Noah. Jujur aku sangat serius mengerjakannya. Aku tidak bisa menuruti egoku untuk bermain-main dalam hal seperti ini. Aku mengisinya dengan jujur dari profil data diri, gambaran fisik, latar pendidikan, pengalaman bekerja, kriteria pernikahan, kriteria calon (fisik dan non fisik), dsb. 

Minggu kedua Februari aku bersiap untuk pertemuan pertama dengan keluarga Noah di rumah paman. Di waktu yang telah ditentukan, keluarganya pun datang. Untuk pertama kali aku melihat orang tua dan kakaknya. Noah sendiri berhalangan, ada konferensi yang harus ia hadiri.

Bagaimana perasaanku? Campur aduk, ini lebih mendebarkan dari semua interview, roller coaster dan rumah hantu yang pernah aku coba.

Aku duduk di antara paman dan tanteku. Persis seperti anak kucing yang ketakutan. Paman dan ayahnya Noah mulai membuka pertemuan. Kami bertukar CV dan mulai membaca, mulai bertanya, dan mulai mengenal. 

CV Noah... tidak main-main. Ia berusia setahun lebih tua dariku, pencapaiannya sejauh ini lebih baik dariku, kriteria fisik pasangannya jelas bukan aku, dan visi misi pernikahan kami tidak banyak yang berkaitan. Aku yakin ada banyak perempuan di luar sana yang tergila-gila padanya dan ia berakhir bertukar CV denganku. Tidak masuk akal.

"Pengalaman bekerjamu cukup banyak, Taj. Kamu pastilah orang yang senang bekerja, benar begitu? Apa sekarang masih bekerja?" tanya Mrs.Centineo. Aku mengangguk sopan, "Saya senang mencoba hal baru dan berkegiatan. Sekarang sedang fokus bekerja di lab perusahan Z, Mrs.Centineo."

"Tapi yang tertulis di CV Noah, setelah menikah nanti dia tidak ingin istrinya bekerja lagi. Bagaimana menurutmu, Taj?" Benar, Noah menulisnya. Bekerja adalah hal yang aku suka. Pertanyaan ini membuat otakku beku. "Di balik bekerjanya seorang istri tentu ada alasannya Mrs.Centineo," jawabku seadanya. Mrs.Centineo menggangguk beberapa kali. Matilah aku.

"Jika CV ini benar isinya, maka tentulah kamu sudah mendesain kehidupan yang kamu inginkan, Taj? Sudah berapa kali bertemu Noah?" kali ini kakaknya yang bertanya.

Aku berpikir sejenak, "Sejauh ini baru tiga kali. Pertama saat saya berkunjung ke rumah paman. Kala itu saya bertemu Noah dan Mr.Centineo untuk pertama kali..."

"Ah, saat kamu mengira kami adalah sindikat pembunuh, kan?" Mr.Centineo memotong pembicaraanku dan tertawa kemudian menjelaskan kepada istri dan anaknya perkara itu. Aku tersenyum canggung. "Kali kedua saat Noah memeriksa Ghazi di sini. Terakhir sekitar tiga minggu yang lalu, tidak sengaja bertemu di rumah sakit."

"Sudah punya kontak Noah? Karena jika kalian memang sudah akrab kami akan langsung menikahkan kalian," kata Mr.Centineo dan aku menggeleng cepat. 

"Tidak punya sama sekali dan tidak pernah terlintas untuk bertukar kontak." Aku berhenti sejenak kemudian melanjutkan, "Begini Mr dan Mrs.Centineo, saya dan Noah punya banyak kesalah pahaman dari awal. Kami bahkan sepakat untuk tidak saling terlibat tapi saya tidak tau apa yang terjadi dan di sinilah saya sekarang. Kami tidak akrab, kami masih orang asing. Informasi akurat sebelumnya yang saya tau adalah namanya dan profesinya. Jika memang berniat baik, saya akan terbuka untuk pengenalan tahap lanjut. Mohon kerja samanya."

Itu adalah pernyataan yang tidak aku harapkan untuk keluar. Justru memberi reaksi yang baik bagi pihak Noah.  Paman dan tanteku bahkan tidak menyangka aku akan berkata seperti itu. Selanjutnya aku hanya menyimak pembicaraan antara kedua belah pihak sambil terus menganalisa isi CV Noah.

Hal yang harus aku ingat dari sini adalah aku sudah membiarkan diriku untuk sedikit tertarik dengan pria ini. CV miliknya rapi dan menarik, begitu pula isinya, jika benar maka Noah termasuk husband material. Dia seorang pria cerdas yang kaya, menginginkan kehidupan rumah tangga yang tentram, tidak ingin istrinya bekerja dan fokus mengurus keluarga. Jika kamu yang membaca CV miliknya aku yakin kamu pasti tergiur.

Di akhir pertemuan kami setuju untuk melakukan pertemuan selanjutnya dalam waktu dekat.

Sepulangnya keluarga Noah, aku menelepon ibu. "Bagaimana ibunya? Apa terlihat seperti ibu mertua yang galak?" tanya ibu langsung pada intinya. "Keluarganya baik, berpendidikan. Ibunya ramah dan menyenangkan, setidaknya kesan awal cukup baik," jawabku.

"Tenang saja mbak, Taj melakukan hal yang benar, dia setuju dengan tahap selanjutnya," kata pamanku. "Benarkah?" aku bisa mendengar suara ayahku dari seberang sana.

"Papa yakin secara fisik dia adalah tipemu Taj. Tinggi, besar, ada kemungkinan brewok, rapi, dokter pula. Bukankah kamu berangan menikahi seorang dokter? Nah, sudah di depan mata. Agamanya juga baik. Apa dia sedang sibuk? Dia sudah jarang menghubungi papa."

Sial, Noah curi start.

Aku tidak akan menceritakan kelanjutan pertemuanku dan keluarganya juga tentang bagaimana aku mulai mengumpulkan informasi dari kerabat dekatnya. Karena itu rumit untuk diceritakan. Jadi, intinya saat itu aku sangat bersemangat melakukan penyelidikan sampai aku lupa bahwa aku seharusnya menolak pernikahan ini.

Aku juga mulai di masukkan ke grup WA yang berisi kedua pihak keluarga dan juga Noah. Karena kesibukan kami, pertemuan kedua keluarga dilaksanakan sebisanya. Aku beberapa kali hang out dengan ibu dan kakaknya, dia juga melakukan hal yang sama dengan paman dan tanteku (tentu saja intensif mengabari papa). Masa perkenalan ini berlangsung hampir dua bulan sampai aku mendapat pesan pada suatu Kamis pagi di awal bulan April dari grup WA kami.

"Sabtu ini keluarga kami akan datang melamar"
- Noah

Di saat itu aku baru sadar, akulah yang masuk pada jebakan ini lebih dalam. Akulah yang terseret. Aku tidak bisa menarik diriku kembali. Tidak bisa lagi.

- Taj -

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2018 My Trial Year

Hello! It has been  a month after I posted about Banoah. So here I am, welcoming my "come back" just to rewind my life in this whole year. I'm old enough to celebrate the new year eve. What about you? Any plan? Please write down in the comment box. Btw, I have many goals for next year because I'm going to be 22 and life seems getting hard day by day. So, I need to make super detail goals plans. Life hit me hard *sigh So, what I've been doing for this whole year?

Banoah Chapter 1

sumber: pinterest Pernahkah kalian merasa bahwa hidup kalian terlalu diatur oleh pihak keluarga? Rasanya seperti seolah-olah kalian punya pilihan padahal tidak. Mati di dalam raga yang hidup? Mungkin seperti itu.