Langsung ke konten utama

Banoah Chapter 6

Sumber : twitter.com

April, 2021

Knock knock...
"Taaaj! Cepat!" Nancy, rekan kerja sekaligus teman sebelah kamarku mengetuk pintu dengan brutal. Tak ku gubris. Tanpa perintah ia menekan gagang pintu dan masuk ke dalam. Kesal melihatku terkapar dalam pakaian kerja di atas tempat tidur. "Ada apa?" tanya Nancy.

Aku menunjukkan pesan dari Noah. "Yes! Kau berhasil menerimanya!" Nancy menarik tanganku sehingga aku terduduk dan memelukku erat. "Aku sangat bahagia, Taj!"

"Ini adalah akhir, Nancy," jawabku lemah. "Akhir dari masa lajangmu dan awal kehidupan baru. Menyenangkan sekali!" sambungnya.

Nancy adalah satu-satunya orang yang ku beri tahu tentang Noah. Itupun terpaksa karena banyak janji yang kubatalkan dengannya karena harus bertemu dengan pihak keluarga Noah. Nancy tak keberatan, dia justru senang akhirnya aku bisa keluar dari sangkar.

"Ayo bergegas, kita akan ketinggalan kereta." Nancy sekali  lagi menarikku keluar kamar. Kami berlari menuju stasiun MRT. Beruntung sekali, kereta tujuan kami belum berangkat. Kami segera masuk dan duduk di salah satu gerbong.

"Aku tak menyangka akhirnya kau menyerah juga," Nancy bicara terengah-engah sambil membenarkan ikatan rambutnya. "Entahlah, dia pria yang baik," jawabku singkat.

"Uuu kau bahkan bisa memujinya sekarang. How envy I am." Nancy menyenggolku lemah dengan sikutnya.

Kau benar, Nancy, aku bahkan tau apa menu sarapan paginya, kebiasaannya, apa yang ia suka dan benci langsung dari keluarganya. Ingatkah kalian kali pertama kesanku kepada pria itu? Betapa aku tidak suka dengan keputusan yang ia lakukan tanpa melibatkanku? Aku tidak menyangka berhasil melewati masa perkenalan itu dengan baik. Aku bahkan... belum menolak apapun.

"Zaman sekarang, sulit mencari ibu mertua yang menganggapmu seperti anak kandungnya sendiri. Meskipun tidak akan pernah ada tapi jika ada yang mendekati, kenapa tidak dipertahankan?" aku mengingat semua wejangan ibu yang akhir-akhir ini mulai terserap baik olehku.

Ibu dan kakaknya sangat antusias memperkenalkan pribadi Noah kepadaku. Terlebih ibunya, aku mendapat banyak perhatian dan wejangan khusus. Aku terima saja, masih was-was jika tidak srek akan segera aku selesaikan. Tapi sejauh ini keluarganya membuatku sangat nyaman.

Jauh di dalam lubuk hatiku, aku tidak yakin dengan perasaanku sekarang.

Kereta melaju cepat, lima belas menit kemudian kami sudah sampai di stasiun tujuan. Aku dan Nancy  turun kemudian berjalan sedikit menuju gedung perusahaan. Nancy tiba-tiba menggandeng tanganku, "Dia sempurna , Taj."

Nancy melihatku yang kebingungan. "Tuhan sangat baik, memberikanmu hadiah seorang pria baik yang melebihi kriteriamu," Nancy berhenti sebentar mengambil nafas panjang kemudian melanjutkan, "Kau segera mendapatkan apa yang diinginkan banyak perempuan."

"Apa? Banyak perempuan yang menyukai Noah?" tanyaku tak mengerti.

Nancy terlihat kesal tapi tetap melanjutkan, "Komitmen. Sesuatu yang sangat mahal harganya."

Aku tak langsung merespon perkataannya. Sesampainya kami di depan lab, aku membuka loker dan mengenakan perlengkapan sebelum masuk lab. "Kenapa mahal?" tanyaku.

"Tak semua perempuan mendapatkannya dengan mudah. Tidak adanya komitmen di zaman seperti ini membuat perempuan kekurangan nilainya. Selamat, Taj. Ada seorang pria yang membuatmu lebih berharga."

Aku terdiam. Membandingkan fenomena sekarang aku termasuk salah satu yang beruntung.

Kami masuk ke dalam lab, memeriksa beberapa berkas sambil menunggu jadwal briefing pagi.  "Undang aku diacara lamaranmu. Aku ingin melihat seperti apa dia," Nancy berjalan menuju sample receiver. Aku mengangguk setuju. 

Hari-H 

Aku sudah terbalut busana muslim melayu berwarna hijau pastel dan kerudung coklat susu. Duduk di ruang keluarga rumah paman bersama Nancy. Ibu dan papa sudah tiba hari Jumat lalu. Aku mencoba tenang dan menyalami beberapa kerabat dekat yang datang. Tak lama pihak keluarga Noah pun tiba, aku bisa melihat ibunya terbalut gamis dan kerudung hitam panjang, ayahnya memakai jubah hitam, kakaknya mengikuti di belakang dengan gamis berwarna hijau army.

Noah terakhir masuk dengan setelan hitam dongker yang terlihat luar biasa di tubuhnya. Aku buru-buru menundukkan pandangan, memasang wajah cuek sebisa mungkin. Ku salami ibu dan kakaknya. Nancy berbisik pelan di telingaku, "Kau menang banyak, Taj!"

"Aku tidak pernah melihat pria setampan itu dengan blazer yang tidak dikancingkan. Ya ampun, rambutnya terlihat sempurna dengan wajahnya. Senyumnya, Taj! Seperti anak kecil yang imut sekali!"

Aku diam saja, meninggalkan Nancy dan memanggil papaku. Acara lamaran pun dimulai. 

Sekeras apapun aku menolak, hatiku tetap saja berdebar. "Kami, dari pihak keluarga Taj menerima lamaran dari pihak keluarga Centineo. Sebelumnya sudah dilakukan proses taaruf dan berjalan lancar. Kedua calon juga sudah sepakat untuk melangsungkan pernikahan," paman mulai menjelaskan. Hadirin mengucapkan rasa syukur.

Kami, perempuan, duduk di satu ruangan yang terbatas sekat, sedangkan pihak laki-laki berada di ruang tamu. "Kita tentukan saja tanggalnya, Pak," suara Mr.Centineo seperti memicu detak jantungku yang semakin menderu.

"Awalnya saya ingin mengadakan pesta di hari ulang tahun Taj, tapi tidak mungkin terkejar lagi. Kebetulan Taj ulang tahun minggu depan. Noah sendiri bagaimana? Apa ada tanggal baik?" tanya papa.

"Hari apa saja boleh, Om. Lebih cepat lebih baik," jawab Noah. Tamu laki-laki tertawa menanggapi perkataan Noah. Di sisi lain aku menahan malu dan marah. "Tanggal 2 Mei saja bagaimana?" Mrs.Centineo memeberi usul. "Persiapan tiga minggu sudah cukup, kan, Taj?" tanya Mr.Centineo. Kini semua mata tertuju padaku. 

Aku reflek melotot ke arah Noah. Noah menghindari kontak mata denganku. "Akan kami usahakan," jawab ibu. 

Acara lamaran pun selesai setelah kedua pihak keluarga setuju menentukan tanggal pernikahan, biaya yang dibutuhkan, dsb. "Tolong kirimkan aku proposal rencana pesta pernikahan yang kau idamkan," Noah mengirim pesan singkat di grup WA kami. Aku melihatnya sedang sibuk berbincang dengan papaku sambil memegang handphone di sudut sana. "Ok."

Ring.. Ring...

"Halo?"

"Taj, ini Panda. Berita baik, pihak official webtoon akan bekerja sama dengan webtoon kita. DL sampai tanggal 2 Mei. Aku butuh kau untuk membuat semua sketsa awal cerita dan melakukan pengembangan cerita per episodenya. Bayaran kita juga akan lebih besar. Aku akan menunggu semua sketsa baru sampai besok malam. Kita harus menyelesaikan lima episode selama tiga minggu ini dan mengirimkannya ke pihak webtoon sebelum official rilis. I'm so excited! Halo, Taj?" suara diseberang sana terasa sangat terburu-buru. Ini kabar bagus tapi aku tidak bisa merespon dengan baik.

"Panda, aku akan menikah tiga minggu lagi" jawabku lemah.

- Taj -

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2018 My Trial Year

Hello! It has been  a month after I posted about Banoah. So here I am, welcoming my "come back" just to rewind my life in this whole year. I'm old enough to celebrate the new year eve. What about you? Any plan? Please write down in the comment box. Btw, I have many goals for next year because I'm going to be 22 and life seems getting hard day by day. So, I need to make super detail goals plans. Life hit me hard *sigh So, what I've been doing for this whole year?

Review: Pulau Cinta Kampar

Pulau Cinta Ada berapa banyak orang yang stress karena terlalu monoton dengen pekerjaannya? Ada berapa banyak orang yang diam-diam dalam hati pengen teriak sepuasnya? Berapa banyak juga yang pengen lari dari sekian banyak kegiatan?  Selamat datang di wisata kecil yang bisa jadi healer buat kamu..

another Happy New Year

Yo, wassup! It has been a long time my friends since I posted my previous entry. Anyone miss me? Sure NOT. Happy New Year for you guys. How did you spend your last day in 2017? Did you make a party for celebrating the new year?