Hey, I don't know how to tell you about this because whenever I recalling that time, my heart beats faster. If you know what I mean.
Aku sampai di Dumai hari Minggu, sesuai rencana. Ibu habis-habisan memarahiku karena semenjak di Dumai malah lebih sering nongkrong di kandang ayam papa daripada istirahat memulihkan kondisi.
"Kamu gak nervous?" tanya papa sambil mengisi makanan ayam.
"Enggak, tuh. Biasa aja. Kan cuma acara nikahan, pa," jawabku santai. Papa melihatku dengan tatapan tak percaya. "Ini bukan cuma acara nikahan biasa. Kamu yang duduk di pelaminan, bukan datang, makan, salaman, pulang." Papa mencoba mengingatkanku. Aku tertawa geli mendengarnya.
"Sini," kata papa, membentangkan kedua lengannya. Aku berlari kepelukannya. Pelukan itu terasa sangat nyaman dan hangat. "Anak papa sudah besar," kata papa lagi. "Noah itu InsyaAllah pria yang baik, nurut padanya, jangan membantah." Papa mengelus lembut punggungku, aku menangis tersedu.
2 Mei 2021 (the day)
Setelah Subuh, aku di serang beberapa orang yang berusaha mengubahku menjadi putri semalam. Mereka memoleskan segala macam hal ke wajahku, memasangkan ku baju, dan membentuk kerudungku. Aku pasrah.
Setelah selesai mereka menuntunku berdiri di depan sebuah cermin besar. Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku nyaris tidak mengenal diriku sendiri. The power of make up!
"Wah, ini beneran aku, mbak?" tanyaku tidak percaya. Salah satu diantara mereka menjawab, "Mbak Taj jarang dandan sih, jadinya kelihatan beda banget." Mereka merapikan alisku, menghilangkan komedo dan bekas jerawat seperti seorang pengguna photoshop profesional, bibirku dibuat berwarna tapi tidak berlebihan, hidungku terlihat mancung, mataku terlihat bersih. I swore to God, I looked so damn beautiful. I wanted to marry my self.
Akad nikah dilaksanakan di rumahku. Keluargaku dan Centineo sudah berkumpul, bapak penghulu juga begitu. Ciee nikah...
Aku malu-malu keluar dari kamar, walaupun cantik, aku sedikit tidak percaya diri. Perutku mulas, jantungku berdetak terlalu kencang. Beberapa perempuan yang duduk di dekat kamar tercengang dengan perubahan yang terjadi padaku. Ruang tamu sudah penuh tamu laki-laki, melingkari bapak penghulu, papa dan Noah yang duduk berhadapan. Ciee debar...
Tamu perempuan duduk dibalik tabir yang disediakan agak tidak bercampur dengan laki-laki. Aku tak sanggup menahan malu karena mata tamu perempuan tertuju padaku, rasanya aku ingin tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi mereka. Di saat yang sama juga ingin mengolok-olok diriku sendiri.
Sebelum akad, kami melakukan acara sungkeman yang terpisah. Suasana haru melingkupiku. Mengetahui pengantin perempuan sudah siap, pagi itu, jam 10 akad nikah dilangsungkan di rumahku. Disitulah aku sadar, ini adalah akhir. Kali ini ibu benar-benar akan mencoretku dari KK. Jantungku rasanya ingin berhenti berdetak.
Aku melihat Noah memegang erat tangan papa dari balik tirai, siap melakukan ijab qabul. "Saya nikahkan Taj Banafsaj binti Bag Todeyo dengan Noah Centineo bin Gregory Centineo dengan mas kawin seperangkat alat solat dibayar tunai." BOOM! Papa just said that!
Dag Dig Dug...
Wajah Noah terlihat kaku dan tegang. Tatapan matanya tajam, terlihat siap menjawab papa. "Saya terima nikahnya Taj Banafsaj binti Bag Todeyo dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Sukses di percobaan pertama.
Aku bisa mendengar suara hadirin yang mengucapkan rasa syukur dan mulai berdoa untuk kebaikan kami. Aku masih menahan nafas. Hatiku mencelos saat ibu menyubit lenganku supaya aku tersadar. "Maju ke depan," perintah ibu. Apa aku baru saja diserahkan?
Ibu menggandengku ke depan. Ku salami tangan Ibu dan Papa, Ibu dan Ayah mertuaku, begitu juga Noah melakukan hal yang sama denganku. Lagi, ibu menggandeng tanganku. Di dudukkannya aku di depan Noah. Aku tertunduk malu, tak berani melihat wajahnya. Dalam tundukku, aku bisa melihat kotak cincin yang dipegang Noah. "Naikkan wajahmu," bisik papa. Tamu pria dan wanita mulai memberi ruang, beberapa dari mereka mengabadikan momen.
Aku ragu-ragu menaikkan wajahku. Untuk pertama kalinya dia duduk tidak berjarak dua bangku dariku. Benar-benar duduk berhadapan, tepat di depanku. Yang terlihat pertama kali ialah senyumnya. Sekuat tenaga dia menahan senyum itu, tapi pada akhirnya barisan gigi putihnya terlihat juga. Kini aku benar-benar melihat wajahnya.
Noah punya senyum yang luar biasa manisnya, hidungnya kokoh tidak sepertiku, alis matanya rapi dan tebal, matanya indah terlihat teduh. Aku merasakan pipiku memanas. Sesaat mata kami saling bertemu aku segera menunduk lagi. Kali ini, aku tidak bisa mengendalikan tubuhku.
Perlahan Noah mencoba memegang tangan kananku. Aku terkejut dan menghindar. Ini sulit, aku tidak terbiasa skinship. Tapi, semakin aku menundanya maka akan semakin lama aku di depan Noah. Jadi, ku biarkan dia memegang jemari tangan kananku, menyematkan cincin emas ke jari manis. Noah tertawa kecil, "Tanganmu dingin." Saat itu fakta kedua selain aku mengakui ketampanan Noah, dia punya tangan yang besar.
Untuk pertama kalinya juga, aku menyalami Noah. Tidak mudah tentu saja, aku sampai mulas karena deg-degan. Ku genggam tangan kanannya, ku tempatkan diantara hidung dan bibir, ku salami. Di saat yang sama tangan kiri Noah memegang ubun-ubunku dan berdoa. Aku mengaamiinkan.
Proses akad berlangsung dengan lancar. Selanjutnya kami di bawa ke ball room salah satu hotel untuk melaksanakan resepsi. Aku duduk di samping Noah dengan ponsel yang aku usahakan tetap bersamaku. Tentu saja, hari ini adalah jadwal rilis webtoon pertama kami.
Aku tidak menyangka tamuku akan sebanyak ini, beberapa rekan kerja juga hadir jauh-jauh dari Singapore. Sejak perjalanan menuju ke ball room, aku dan Noah tak banyak bicara. Kami masih duduk berjauhan. Duduk di atas pelaminan seperti ini membuatku canggung.
Ada sesuatu yang janggal. Beberapa orang berkumpul, mencoba naik ke atas dan menyalami kami. Seorang pria, tegak di depan Noah, menyilangkan tangannya di dada. "Jadi ini?" pria itu melihat Noah dari atas sampai bawah kemudian menatapku tajam.
Ari bersama sahabatku yang lain, Dhito, Riki, Nathan, Wanda, Panda. "Malu ah, Ri!" kata Wanda mencoba menenangkan Ari. Wanda kemudian melayangkan pelukan kepadaku. "JADI KAU DAPAT YANG CAKEP GINI TERUS GAK NGOMONG KE AKU? KAU KIRA KAMI INI APA? KENALIN KEK APA KEK GITU? KALO CAKEP GINI KAN AKU JUGA MAU!" kata Wanda, marah.
Noah tiba-tiba merangkulku di depan mereka, aku merasa geli. "Halo! Noah. Senang berkenalan dengan kalian." Noah menyalami satu-satu teman laki-lakiku. "Hey Noah, aku Panda. Ku dengar Taj jatuh sakit beberapa minggu yang lalu, itu karena aku memintanya mengerjakan webtoon. Aku minta maaf. Tapi, terima kasih sudah menyelamatkan ku," kata Panda.
"Maksudnya?" Noah memasang ekspresi bingung.
Panda tersenyum, "kini aku bisa nonton netflix tanpa harus melabel cokiber pada cast cowok yang aku suka dan tidak perlu berebut bias dengan Taj." Mendengar hal itu aku tidak tinggal diam, "kau boleh ambil semuanya kecuali Peter Kavinsky dan Lee Flynn!"
Noah membulatkan matanya, melihat ke arahku meminta penjelasan. "Dia sangat terobsesi dengan Peter. Tapi Noah, kau benar-benar terlihat seperti Peter. Selamat, sebentar lagi Taj akan terobsesi denganmu."
Kami mengakhiri pembicaraan itu dengan sesi foto bersama. "Hey, kami akan memberitahumu semua tentang Taj, tenang saja," Dhito berbisik kepada Noah dan pergi meninggalkan kami.
Drrt...
Hp-ku bergetar, satu notifikasi masuk. Aku membaca pop up notifikasi di layar hp dan dengan segera melihat Panda yang juga melihatku, tersenyum puas.
"RILIS!"
- Taj -
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting my blog. Kindly leave your sign in comment box below. I will visit back.
-sisgiok-