For me, turning 21 is a special thing. Ini adalah tanggal 21 ke 21 tahun dihidupku. Semua tak lagi sama, aku, rencanaku, dan lingkunganku.
Aku tidak ingin membahas bagaimana perayaan. Di umurku ke 19 tahun, aku mulai benci kalimat "selamat ulang tahun." Aku tidak lagi menganggap itu menyenangkan. Sejatinya, kita hanya menua, perayaan yang cuma sehari itu tidak terlalu berpengaruh untuk 364 hari kedepannya.
Malam tadi aku sengaja mematikan mobile data dan menunggu pergantian hari, sendirian. "Selamat menua, Sis. Kali ini sendirian lagi, ya? Semoga umurmu berkah, berhentilah membuat masalah dan menyesal." Kemudian aku berdoa semoga Allah mengiringi langkahku tahun ini.
Pagi ini aku duduk terdiam dengan segelas kopi, tidak ada cake, tidak ada hadiah, masih tidak memeriksa notifikasi Hp, mengevaluasi apa yang sudah kulakukan setahun terakhir. Tidak banyak.
Akhir-akhir ini aku kepikiran tentang bagaimana kematian akan datang menjemput. Kalian tahu kan, jodoh, rezeki, dan kematian sudah diatur oleh Tuhan? Sekuat apapun aku berusaha aku yakin ada part tersendiri untuk jodoh dan rezeki dari Tuhan untukku, tapi tidak dengan kematian. Mereka memang masih menjadi tanya tanya kapan datangnya, tapi aku tidak pernah tahu apakah usahaku sudah cukup jika kematian datang menjemputku. Kita toh tidak bisa menunda kematian, kan?
Aku mulai khawatir, di hari terakhirku nanti, seperti apa orang-orang akan mengingatku? Apakah mereka mengingatku sebagai seorang yang baik atau sebaliknya? Apakah banyak yang akan mengantarku ke tempat terakhirku? Apakah banyak yang akan mendoakanku? Apakah aku akan baik-baik saja dikesendirian yang sejati itu? Apakah itu akan menyakitkan? Apakah aku akan bertemu dengan mereka di hari kemudian?
Aku sangat ingin menjadi lebih jujur, tulus, dan rendah hati. Tapi manusia tidak bisa sesempurna itu. Semakin menua, semakin jauh dari keluarga, membuatku semakin sensitif. Aku iri pada teman-teman yang bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan keluarga. Aku iri pada mereka yang punya hubungan baik dengan saudara mereka. Aku iri dengan mereka yang bisa solid dengan teman-teman mereka. Aku iri pada mereka yang banyak berkarya diusia muda sedangkan aku masih tertatih membangun dasar. Aku iri pada mereka yang bisa menyeimbangkan kehidupan dunia dan bekal untuk akhiratnya. Aku ingin sebaik mereka.
Aku bukan tipe orang yang dengan mudah mengungkapkan perasaan. Aku selalu ingin mengatakan, "Hei, aku sayang padamu, jadi tolong jaga kesehatanmu" atau "Hei, aku rindu. Kapan kita bisa bertemu?" kepada orang-orang yang aku kasihi. Aku sangat ingin mengatakan itu kepada orang tua kandungku, orang-orang yang sudah bersedia menganggapku sebagai anak mereka, keluarga serta teman-temanku. Aku ingin mereka lebih mendengar itu dariku. Aku tau mereka berhak mendengarnya tapi itu sulit.
Tahun lalu, aku kehilangan teman baikku diumurnya yang masih sangat muda dan aku kehilangan mama angkatku. Kepergian mereka membuat hatiku sakit. Aku bahkan tidak sempat mengatakan betapa aku berterimakasih karena mereka sudah ada dalam hidupku.
"Ibu, jangan sampai sakit. Jangan khawatir, aku baik-baik saja. Berbahagialah. Aku minta maaf karena selalu membuat ibu kesal, lupa membalas pesan ibu. Maaf karena tidak mengangkat telepon karena aku takut ibu tau aku mengalami kesulitan di sini, aku tidak ingin ibu mendengarku menangis."
"Pa, jaga kesehatan. Makan yang banyak. Tidak menyenangkan melihat papa semakin kurus. Pa, aku rindu semua lelucon garing papa. Pa, ayo habiskan waktu seperti aku masih kecil dulu. Pa, tolong berbahagialah."
Aku ingin bilang "Ayo kita lebih akur. Ayo jalan-jalan kesini. Ayo makan di sini. Kita ga usah mandi hari ini. Jangan makan punya aku. Aku mau yang kamu minum. Tolong berhenti mengabaikan aku, aku menyayangimu dan ini menyakitkan" kepada kakak laki-lakiku.
"Terimakasih karena mau menjadi temanku setelah tahu betapa mengesalkannya sifatku. Maaf aku selalu mengecewakan kalian. Maaf jika aku terlalu kasar. Maaf karena sering melewati batas. Maaf karena aku butuh waktu lama untuk menenangkan diri ketika kita bertengkar. Maaf jika aku sering tidak ada ketika kalian butuh, tapi kalian selalu ada buatku. Terima kasih karena sudah tulus berteman denganku. Aku harap, kita masih bisa berteman sampai di surga nanti. Aku benar-benar menyayangi kalian. Mari menjadi lebih baik kedepannya, mari berjalan dijalan yang penuh bunga bersama, jangan lepas genggaman kita. Aku sungguh tidak ingin kehilangan teman lagi."
Aku benar-benar berterimakasih untuk semua orang yang sudah mengisi hidupku. Aku berjanji akan menjalani kehidupan yang lebih baik lagi kedepannya. Mari sama-sama menjadi lebih jujur, tulus, dan rendah hati.
Oya, apa kalian punya harapan spesial di tahun ini?
- jabaska -
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting my blog. Kindly leave your sign in comment box below. I will visit back.
-sisgiok-